KOMISI Pemberantasan Korupsi (KPK) telah menetapkan sebagai tersangka dan melakukan penahanan terhadap Danny Praditya, mantan direktur Komersial PT PGN Tbk yang juga mantan Direktur Utama PT Inalum (Persero), dalam kasus dugaan kejahatan korupsi jual beli gas antara PGN dan PT Inti Alasindo Energi.
Selain Danny Praditya, KPK juga menahan mantan Komisaris PT Inti Alasindo Energi Iswan Ibrahim dalam kasus tersebut. Akibat kejahatan korupsi dua tersangka tersebut, negara telah dirugikan sebesar USD 15 juta atau sekitar Rp 250 miliar.
Kejahatan korupsi yang dilakukan kedua tersangka tesebut terjadi ketika Danny Praditya menjabat sebagai Direktur Komersial PGN periode 2016-2019 dan Iswan Ibrahim menjabat komisaris PT Inti Alasindo Energi periode 2006-2023.

Selain kedua orang itu, KPK harus membongkar siapa otak di balik skenario jahat ‘hengki pengki’ korupsi tersebut. Dipastikan ada ‘master mind’ atau ‘godfather’ atau orang yang mengarahkan agar tindakan korupsi tersebut dilakukan. Tujuannya jelas, menggarong uang BUMN milik PGN.
Sebuah kejahatan, menurut analisa intelijen, tidak bisa berdiri sendiri, apalagi untuk skala besar. Bisa dipastikan ada arahan atau perintah dari orang yang memang ditakuti oleh mereka-mereka yang dijadikan operator dalam kejahatan korupsi tersebut.
Biasanya ‘master mind’ tersebut adalah orang yang sangat berjasa di karier mereka, terutama yang bisa mendudukan mereka di jabatan penting di PGN, dan memiliki pengaruh kuat atau ‘backing’ di oknum-oknum elite.
Perlu diketahui, karier Danny Praditya di BUMN bisa dikatakan tanpa rintangan. Dia memulai kariernya dari anak usaha PGN bernama PT Gagas Energi Indonesia. Dia duduk sebagai direktur utama di perusahaan pada periode 2013-2016.
Masuknya Danny Praditya di anak usaha PGN tidak terlepas dari peran Hendi Prio Santoso, mantan dirut PGN yang juga merupakan mantan dirut PT Semen Indonesia Tbk dan mantan dirut PT Mineral Industri Indonesia (Persero) atau MIND ID.
Usai dari PGN, Danny Praditya kemudian ‘ditarik’ oleh Hendi Prio Santoso sebagai direktur Operasi dan Portofolio MIND pada 2021. Hendi Prio Santoso kemudian mendorong Danny Praditya sebagai dirut Inalum pada 2023, sebelum akhirnya dicopot pada 2024.
Ditegaskan sekali lagi, tanpa peran Hendi Prio Santoso, karier Danny Praditya bisa dipastikan tidak akan semoncer itu. Hendi Prio Santo masuk ke BUMN sejak 2007, saat ia dipercaya sebagai direktur Keuangan PGN.
Kemudian pada 2008, Hendi Prio Santoso ditunjuk sebagai dirut PGN hingga 2017. Lalu Hendi Prio Santoso dipercaya menjadi dirut PT Semen Indonesi Tbk pada kurun waktu 2017-2021, dan dirut MIND ID 2021-2024.
Patut diduga Hendi Prio Santoso sangat mengetahui pusaran kejahatan korupsi yang terjadi di PGN tersebut. Hendi Prio Santoso, jika menelisik rekam jejak yang bersangkutan, sangat penuh kontroversi. KPK harus segera memanggil dan memeriksa Hendi Prio Santoso untuk membongkar kasus tersebut hingga ke akar-akarnya.
Sebagai pihak yang pernah bertugas di Aceh selama kurang lebih 18 tahun, penulis sedikit banyak mengetahui sepak terjang Hendi Prio Santoso saat duduk sebagai dirut Semen Indonesia.
Diduga Hendi Prio Santoso menjadi pihak yang bertanggung jawab membatalkan pembangunan pabrik milik PT Semen Indonesia Aceh (SIA). Semen Indonesia melalui SIA konon telah mengalokasikan dana untuk pembangunan pabrik semen di Aceh melalui pinjaman tanpa jaminan senilai Rp 97,5 miliar.
Selain itu, Semen Indonesia juga telah menambah kepemilikan saham di SIA dengan menggelontorkan dana sebesar Rp 58,2 miliar, sehingga Semen Indonesia memiliki 80% saham di SIA.
Padahal, Hendi Prio Santoso sempat memastikan akan membangun pabrik semen di Aceh. Konon, SIA disebut-sebut telah menghabiskan dana Rp 300 miliar hingga Rp 650 miliar untuk pembangunan pabrik tersebut.
Namun, patut diduga, Hendi Prio Santoso membatalkan pembangunan pabrik semen itu dengan alasan pembebasan lahan pabrik yang belum tuntas, meskipun pihak Dinas Pertanahan Provinsi Aceh telah memberi pernyataan soal pembebasan tanah sudah tuntas.
Anehnya, usai pembatalan, Semen Indonesia melakukan langkah aksi korporasi dengan mengakuisisi 80,6% saham Lafarge Holcim di PT Holcim Indonesia Tbk senilai USD 917 juta atau Rp 13,47 triliun (kurs Rp 14.735 saat itu).
Pembatalan pembangunan pabrik semen di Aceh yang disinyalir atas keputusan Hendi Prio Santoso telah memupuskan harapan rakyat Aceh untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik.
Hendi Prio Santoso lupa bahwa mengatasi kemiskinan di Aceh, artinya ikut meredam isu separatis di Aceh. Pasca-akuisisi saham Holcim Indonesia, Hendi Prio Santoso kemudian mengganti nama perusahaan tersebut menjadi PT Solusi Bangun Indonesia Tbk (SBI) pada 2019.
Hendi Prio Santoso kemudian ‘menunjuk’ nama Aulia Mulki Oemar menjadi dirut dari SBI yang kini duduk sebagai Kepala Divisi Corporate Strategy di MIND ID.
*Jejaring Hendi Prio Santoso di MIND ID*
Selain Aulia Mulki, Hendi Prio saat di MIND ID banyak membawa ‘gerbong’ dari eks Semen dan eks PGN untuk menduduki jabatan strategis di MIND ID grup. Misalnya Arini Kasmira yang kini sebagai Kepala Divisi Portfolio Management MIND ID merupakan mantan senior manajer di PT Semen Padang.
Ada juga nama Kepala Divisi Supply Chain Management MIND ID Proid Kontura Marta, mantan Corporate Procurement and Inventory Manager SBI, dan Ilhamsyah Mahendra, mantan dirut PT Semen Indonesia Logistik yang kini menjabat dirut PT Inalum (Persero).
Itu belum ditambah dari orang-orang Hendi Prio Santoso eks PGN yang saat Hendi Prio Santoso menjadi dirut MIND ID juga dibawa olehnya. Sebut saja seperti Heri Yusup (sekretaris perusahaan MIND ID), Yunan Fajar Ariyanto (Kepala Divisi Financial Management & Control), Arianto Rudjito (direktur keuangan PT Antam Tbk), Pratiwa Dyatmika (Head Corporate Communication MIND ID), Cut Nuremelia (Head Government Ralations MIND ID), dan Felic Halim (Commercial Sub Division Head PT Antam Tbk).
Ada juga mereka-mereka yang bukan eks PGN dan bukan eks Semen namun di ‘baiat’ untuk menjadi anak buah Hendi Prio Santoso dengan iming-iming jabatan, seperti inisial SA, DS, SRA, AK, BH, MGT, BL, dan NDW.
Informasi yang penulis himpun di lapangan, dari sekitar 20 orang yang berada di posisi kepala divisi (kadiv) MIND ID, yang merupakan jabatan setingkat di bawah direksi atau BOD-1, sekitar 13 orang atau 65 persennya adalah orang kepercayaan atau kaki tangan dari Hendi Prio Santoso.
Hendi Prio Santoso juga menaruh orang kepercayaannya di MIND ID Trading Pte Ltd, anak usaha MIND ID yang bernama Nusantara Suyono, biasa dipanggil Nuski, yang merupakan mantan direktur keuangan PGN. Serta inisial MS di Inalum yang adalah mantan direktur komersial PGN.
Kemudian Direktur Pengembangan Usaha PT Timah Tbk Dicky Octa Zahriadi yang merupakan mantan Head of Business Development & Strategy Planning dan Head of Sales & Product Management di PT Gagas Energi Indonesia, anak usaha PGN.
Di PT Timah Tbk, ada inisial ADV, HKW, TS, IWR, AA, AW, F, MI, AUB, AW, dam CH. Selanjutnya di PT Antam Tbk ada AS, FH, SH, SFML, WDH, ARM, AGY, dan H. Terakhir di cucu anak usaha, ada nama-nama dengan inisial TMA, dan TC.***
Sri Radjasa MBA
Pemerhati Intelijen