JAKARTA, CERINEWS.ID – Dicky Budiman Epidemiologist Universitas Griffith Australia dan Sidrotun Naim, Pengkaji Kebijakan dan Inovasi serta IPMI Business School dan Research Affiliate Harvard Kennedy School, memperingatkan varian delta akan mengamuk di luar Jawa-Bali. Hal tersebut disampaikan dalam webinar Narasi Institute Jumat (6/8/2021) yang berjudul ‘Optimisme Ekonomi Tepatkah Setelah Puncak Pandemi terlampaui?’
Dicky Budiman Epidemiologist Universitas Griffith Australia mengatakan prediksi situasi pandemi yang dibuat suatu lembaga riset atau pakar, hendaknya menjadi dasar penyusunan strategi mitigasi, sehingga mampu mencegah skenario terburuk.
“Pada Maret 2020, saya membuat proyeksi bahwa India, Brazil dan Indonesia berpotensi menjadi episentrum COVID-19 dunia karena keterbatasan sistem kesehatan, besarnya populasi dan status sosial ekonomi sebagian besar penduduknya. Selain itu, performa pengendalian selanjutnya akan ditentukan oleh konsistensi dan komitmen para pemimpin dalam penanganan pandemi COVID19,” ujar Dicky Budiman di webinar yang dipandu Co Founders Narasi Institute, Achmad Nur Hidayat.
Dicky melihat ada gap pemahaman dan komunikasi antar pusat dan daerah dalam penanganan COVID19.
“Sayang dalam 12 bulan pertama pandemi kita, belum semua daerah memahami situasi pandeminya karena keterbatasan kapasitas tes, trace dan treat (3T). Badan Kesehatan Dunia melaporkan selama ini di Indonesia hanya dua daerah yang relatif sudah maju menerapkan 3T yaitu Jakarta dan Yogyakarta selebihnya masih kurang, walaupun belakangan, selama masa PPKM Darurat ini daerah lain di Jawa mulai menunjukkan perbaikan,” ujar Dicky Budiman, diaspora Indonesia di Australia.
Dicky menegaskan bahwa Indonesia negara kepulauan yang luas sehingga perlu penguatan kapasitas khususnya di luar Jawa.
“Sebagai negara kepulauan, Indonesia akan memerlukan respon 3T, 5M dan vaksinasi yang massif agresif, setara dan merata di semua daerah. Keterbatasan kapasitas 3T di luar Jawa harus disiasati dengan strategi visitasi massif ke masyarakat meski tanpa testing, yang utama bisa menemukan potensi kasus dan mengisolasinya. Untuk itulah, faktor kepemimpinan yang kuat di daerah menjadi penting mengingat kesehatan adalah sektor yang berada dalam kewenangan kabupaten dan kota,” ujar Dicky Budiman.
Dicky menegaskan bahwa PPKM sebagaimana pembatasan lainnya adalah strategi yang sifatnya penguatan bukan sebagai instrumen utama. Sehingga setiap pemerintah daerah jangan hanya fokus PPKM tapi melupakan 3T.
“PPKM ini sifatnya sebagai upaya penguat bukan sebagai strategi utama. Yang penting diperhatikan baik secara nasional, provinsi dan daerah adalah 3T-nya sehingga mencapai tes positive rate kurang dari 5%,” ujar Dicky.
Sidratun Naim, Pengkaji Kebijakan & Inovasi, IPMI Business School dan Research Affiliate Harvard Kennedy School mengingatkan bahwa kita bersyukur bahwa varian delta saat ini mulai menurunkan namun 5 M dan 3T dan vaksinasi harus dilakukan.
“5M itu kewajiban masyarakat sementara 3T adalah kewajiban pemerintah dan vaksinasi harus serius dilakukan. Belajar dari Chile dimana 3 vaksin berbeda semua diterapkan untuk mengendalikan COVID19. Ada Pfizier, ada Sinovac dan Aztrazeneca. Vaksinasi menjadi senjata terakhir untuk mengendalikan Covid ini. Vaksin mengurangi kematian meskipun kalau penularan tidak bisa dikendalikan lewat vaksin,” ujar Sidrotun Naim.
Sidratun Naim mengakui bahwa di Indonesia jangankan saat pandemi, ketika tidak pandemi saja persoalan logistik masih menjadi masalah.
“Karena persoalan logistik, di Indonesia lebih sulit memberikan vaksin pertama untuk di luar Jawa daripada memberikan vaksin ke-3 di Jawa. Di Indonesia yang datanya bagus itu hanya DKI. DKI sebagai barometer data nasional,” ujar Sidrotun Naim.
Optimisme Pertumbuhan Triwulan Kedua 2021 Jangan Membuat Terlena
Pesan jangan terlena karena capaian Pertumbuhan Semester 1 Tahun 2021 karena ke depan jurang sangat dalam menjadi inti webinar Narasi Institute pada Jumat (6/8/2021) kemarin.
Zoominari Kebijakan Publik yang dipandu Achmad Nur Hidayat menghadirkan Prof Candra Fajri Ananda, Staf Khusus Menteri Keuangan RI, Fadhil Hasan, Pendiri Narasi Institute, Dicky Budiman, Epidemiologist Universitas Griffith Australia, Sidrotun Naim, Pengkaji Kebijakan & Inovasi, IPMI Business School dan Research Affiliate Harvard Kennedy School, Abdul Malik, Pengamat Ekonomi,
Bursah Zarnubi, Perkumpulan Gerakan Kebangsaan (PGK), Soetrisno Bachir, Politisi PAN dan Habil Marati, Mantan Anggota DPR RI.
Chandra Fajri Ananda staf khusus Menteri Keuangan optimis bahwa pertumbuhan ekonomi 2021 bisa mendekati prediksi pemerintah dikisaran 4.5 persen. Dirinya mengatakan untuk mencapai target tersebut kita dapat belajar dari pertumbuhan triwulan kedua yaitu mencapai 7.07 persen.
“Kita dapat belajar untuk pertumbuhan triwulan 3 dan 4 bahwa konsumsi dipertahankan tumbuh, investasi dan export Import ditingkatkan,” ujar Candra Fajri Ananda yang juga Guru Besar Ekonomi Universitas Brawijaya.
Candra menyakini bahwa penyelesaian perekonomian tidak hanya lewat penanganan ekonomi namun juga yang terpenting adalah perbaikan terus menerus dalam penanganan kesehatan dan penyaluran dana pusat ke daerah. Belanja dana oleh daerah yang baik dapat mempercepat pemulihan ekonomi.
“Dana yang sudah ditransfer (TKDD) perlu secepatnya dicairkan oleh pemda, untuk mempercepat proses vaksinasi dan pemulihan ekonomi daerah, jangan ada terlambat penyaluran. Malah ada daerah yang telah menerima dana malah ditaro di Bank Pembangunan Daerahnya agar menerima bunga pendapatan padahal harusnya dibelanjakan,” ujar Candra.
Candra menambahkan bahwa dana pusat sudah ada tetapi terkendala proses penyalurannya.
“Menurut evaluasi World Bank bahwa program perlindungan sosial Indonesia masih belum efektif. Termasuk terkait proses pendataan. Pemerintah berusaha terus menerus memperbaiki data untuk Perlinsos, agar tepat sasaran dan maksimal manfaatnya,” ujar Candra Fajri Ananda.
Fadhil Hasan, ekonom senior mengatakan ketidakefektifan penerapan PPKM Darurat level 4 akan melahirkan krisis yang berkepanjangan. Fadhil memperingatkan agar para pengambil keputusan harus berhati-hati.
“Dalam konteks Indonesia, Varian Delta ini telah mengganjal pemulihan ekonomi. PPKM Darurat harus berjalan efektif di seluruh Indonesia sebab saat ini ada pergeseran penyebaran covid ini dari pulau Jawa-Bali ke keluar Pulau Jawa-Bali. Beberapa lembaga sudah merevisi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Bila kita gagal maka akan menyebabkan suatu krisis yang berkepanjanjangan dan akhirnya Indonesia sebagai negara paling akhir menyelesaikan covid ini,” ujar Fadhil Hasan yang juga merupakan co-founder Narasi Institute.
Bursah Zarnubi, Ketua Perkumpulan Gerakan Kebangsaan (PGK) mengatakan bahwa tata kelola mitigasi pandemi covid 19 dari awal sudah semrawut dan implementasi public policy penanganan pandemi belum memenuhi harapan masyarakat.
“Berbagai peraturan tidak diimplementasikan dengan efektif. Banyak menyalahi Undang-Undang No.6 tahun 2018 Karantina Kesehatan dan Kepres No.11 tahun 2020, terutama soal lockdown dan bantuan sosial rakyat, semua semrawut,” kata Bursah.
Bursah menyatakan bahwa angka statistik bisa diatur penguasa karena dirinya mewaspadai capaian angka statistik soal pertumbuhan ekonomi.
“Kita sudah banyak belajar tentang angka-angka statistik sejak zaman orde baru dimana Soeharto kuat karena angka-angka pertumbuhan ekonomi tetapi ternyata keropos, dan 1998 soeharto tumbang,” beber Bursah Zarnubi.
Selain itu Bursah mengatakan, apakah kita percaya ada pertumbuhan ekonomi triwulan kedua 2021 sebesar 7,07 persen sedangkan disisi lainnya ada 560 lebih hotel dan 200 an restoran yang tutup di Jawa Barat.
Untuk memperbaiki kondisi saat ini, Bursah Zarnubi menegaskan, Pemerintah perlu mendengar ahli ekonomi, ahli epidemi, dan mesti pemerintah melakukan prioritas yang jelas, mana anggaran yang perlu didahulukan.
“Anggaran kesehatan 2021 kita masih jauh di bawah anggaran infrastruktur dan anggaran pertahanan padahal situasi nya sedang pandemi,” kata Bursah.
Karena itu kata Bursah, Ekonomi akan pulih jika sektor kesehatan kita bisa dikendalikan. Yakinlah Ekonomi akan sehat, jika pandemi dapat diatasi secara tepat dan cepat.
Bursah Zarnubi mengatakan Indonesia sedang krisis dan krisis artinya peluang untuk membangun industri nasional.
“Saat ini ada momentum kita untuk membangun industri farmasi dan vaksin nasional, namun ironinya kok ada pejabat promosi obat covid 19.Dalam situasi pandemi ini masih ada orang yang berdagang pengaruh, kemarin ramai pejabat dagang obat pandemi,” lanjut Bursah.
Soetrisno Bachir, Pengusaha dan Politisi PAN mengatakan bahwa kita seharusnya menyampaikan semangat optimisme bahwa kita dapat keluar dari krisis dengan baik.
“Saya selalu konsisten menyampaikan optimisme bagi bangsa ini. Data BPS ini adalah menggambarkan juga optimisme yang ada. Diperlukan sikap dan pandangan pandangan optimis itu di berbagai wilayah di Indonesia,” katanya.
Soetrisno Bachir memuji pemerintah karena kebijakan kementerian kesehatan saat ini jauh lebih baik daripada sebelumnya.
“Menkes kita orang yang profesional. Merekrut orang orang yang profesional di berbagai bidang. Presiden nya orang yang bersih dan bekerja 24 jam untuk negara. Jika ada figur yg bermasalah maka akan tersingkir sendiri,” ujar Soetrisno Bachir.
Soetrisno Bachir meminta pemerintah fokus kepada penyiapan roadmap baru dibidang farmasi nasional.
“Saat ini banyak pengusaha pengusaha UMKM ini yang muncul tumbuh tugas pemerintah lah untuk mendukung mereka mereka ini. Kalau yang konglomerat konglomerat ini sudah tidak perlu dibantu. Pemerintah mesti support pendanaan dari pemerintah ini. Perusahaan perusahaan besar harus berinvestasi pada perusahaan perusahaan UMKM di daerah daerah. Buat kebijakan yang berpihak pada UMKM UMKM ini. Saya mengajak simpul simpul di bidang ekonomi yang terus optimis,” kata Soetrisno Bachir.
Pakar: Waspadai Varian Delta Menjadikan Indonesia Loss Bonus Demografi
Abdul Malik, Pakar Ekonomi dan Sosial Narasi Institute mengatakan bahwa angka pertumbuhan triwulan kedua 2021 banyak pihak yang tidak menyangka, Indonesia diuntungkan karena mitra dagang Indonesia lebih cepat tumbuhnya.
“Masalah data pertumbuhan ekonomi banyak pihak yang tidak menyangka, khawatir ini angka ekonomi jangka pendek. Indonesia diuntungkan oleh Mitra dagang kita yaitu Amerika dan Cina tumbuh lebih cepat,” ujar Abdul Malik
Abdul Malik mengingatkan pemerintah dan semua pihak untuk waspada karena pandemi COVID19 dapat jadi melemahkan kekuatan SDM muda dan bonus demografi Indonesia.
“Pandemi yang sudah berlangsung hampir 2 tahun ini telah menyebabkan siswa-siswa sekolah dan mahasiswa banyak drop out. Kualitas pendidikan nasional pasti turun karena metode pendidikan yang daring dibandingkan luring, mereka yang drop out tersebut kebanyakan siswa dari sekolah swasta. Ini yang perlu kita perhatikan,” kata Abdul Malik.
Abdul Malik mengingatkan pemerintah dan semua pihak untuk waspada karena pandemi COVID19 dapat jadi melemahkan kekuatan SDM muda dan bonus demografi Indonesia.
Hal tersebut disampaikan dalam webinar Narasi Institute, Jumat (6/8/2021) yang berjudul Optimisme Ekonomi Tepatkah Setelah Puncak Pandemi terlampaui?
“Pandemi yang sudah berlangsung hampir 2 tahun ini telah menyebabkan siswa-siswa sekolah dan mahasiswa banyak drop out. Kualitas pendidikan nasional pasti turun karena metode pendidikan yang daring dibandingkan luring, mereka yang drop out tersebut kebanyakan siswa dari sekolah swasta. Ini yang perlu kita perhatikan,” ujar Abdul Malik.
Abdul Malik, Pakar Ekonomi dan Sosial mengatakan bahwa angka pertumbuhan triwulan kedua 2021 banyak pihak yang tidak menyangka, Indonesia diuntungkan karena mitra dagang kita lebih cepat tumbuhnya.
“Masalah data pertumbuhan ekonomi banyak pihak yang tidak menyangka, khawatir ini angka ekonomi jangka pendek. Kita diuntungkan oleh Mitra dagang kita yaitu Amerika dan Cina,” kata Abdul Malik.
Abdul Malik mengingatkan pemerintah dan semua pihak untuk waspada karena pandemi COVID19 dapat jadi melemahkan kekuatan SDM muda dan bonus demografi Indonesia.
“Pandemi yang sudah berlangsung hampir 2 tahun ini telah menyebabkan siswa-siswa sekolah dan mahasiswa banyak drop out. Kualitas pendidikan nasional pasti turun karena metode pendidikan yang daring dibandingkan luring, mereka yang drop out tersebut kebanyakan siswa dari sekolah swasta. Ini yang perlu kita perhatikan,” tutup Abdul Malik.(hs)