KETUA Kagama Cirebon Raya Heru Subagia, kepada media fajar.co.id Kamis (26/6/2025), menyatakan keinginan Rismon agar bebas dari jerat hukum, bukanlah hal yang rumit untuk dicapai, jika pendekatannya adalah kemanusiaan. Kemudian Heru juga menggunakan narasi semangat kenegarawanan dan kedewasaan spiritual, agar semua pihak bisa meninggalkan konflik lama, demi penyelesaian yang lebih bermartabat.
Dalam pendekatan komunikasi, tampaknya Heru lebih mengedepankan majas sarkasme yang mendramatisasi keadaan. Pernyataan Heru di atas, tentunya akan memberikan interpretasi multidimensional, sehingga tidak tertutup kemungkinan memunculkan imajinasi publik yang menganggap bahwa Rismon Dkk tidak manusiawi dan berjiwa besar, dihadapkan oleh kondisi Jokowi yang saat ini tidak berdaya, karena sakit yang dideritanya.
Pernyataan Heru menjadi sangat sulit untuk dipahami, dengan logika sederhana, sehingga memicu komunikasi paradoks yang merefleksikan sebuah ironi politik dan hukum dalam kehidupan berbangsa bernegara. Mungkin akan lebih wise, jika Heru mengajak Jokowi untuk bersikap negarawan dan kedewasaan spiritual, dalam rangka bertafakur atas tindakan Jokowi semasa berkuasa, mengakibatkan terjadinya kriminalisasi dan sanderanisasi terhadap pihak-pihak yang berseberangan secara politik, bahkan terhadap pihak yang tidak bersalah secara hukum.
Pernyataan Heru yang dikemas dengan narasi humanis, moralis dan agamis, nampaknya dapat mencederai rasa kemanusiaan para penggugat kegagalan Jokowi, dalam memimpin negara ini selama 10 tahun. Karena sudut pandang Heru yang tidak komprehensif, dalam mencermati persoalan Jokowi dengan rakyat Indonesia.
Heru telah membangun opini seakan sakitnya Jokowi akibat stres menghadapi hujatan dan tuntutan publik yang semakin liar. Tanpa melihat derita rakyat akibat kebijakan abal-abal semasa pemerintahan Jokowi. Terimakasih pak Jokowi, karena selama 10 tahun memimpin Indonesia, telah melahirkan bangsa yang tangguh, tak lekang oleh kezaliman para pemimpinnya.***
Sri Radjasa MBA
Pemerhati Intelijen