Singgung Pernyataan Sekjen Kementerien ESDM, Mantan Petinggi DEN: Dadan Tak Ngerti Kemandirian Energi

oleh
Dadan Kusdiana.

JAKARTA – Mantan Petinggi Dewan Energi Nasional (DEN) yang mengajar juga di Unhan, Sabtu (12/4/2025), mengomentari pernyataan Sekjen ESDM Dadan Kusdiana. Ia menilai Dadan tidak mengerti arti Kemandirian Energi.

Demikian diutarakannya dalam sebuah diskusi dengan Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia (CERI) Yusri Usman, Sabtu (12/4/2025).

“Mandiri energi tidak berarti harus memakai yang kita punya sendiri dan tidak berarti kita tidak boleh impor. Jepang, Korea, Singapura dan lainnya tidak punya sumber energi seperti Indonesia, tapi mereka Mandiri Energi!,” ungkap Yusri mengutip tanggapan Mantan Petinggi DEN itu.

Dikatakan Yusri, Mantan Petinggi DEN itu juga mempertanyakan, apa bedanya punya uang, teknologi dan sumberdaya manusia dengan punya sumberdaya energi tapi tidak punya modal, teknologi dan sumberdaya manusia ?.

“Justru, duduki dan habiskan sumberdaya alam dan sumberdaya energi bangsa atau negara asing atau foreign energy resources placement. Sedangkan kekayaan atau warisan sumberdaya alam dan sumberdaya energi yang kita miliki harusnya di simpan untuk anak cucu kita. Itu national energy policy Amerika Serikat dan beberapa negara-negara barat lainnya melakukan hal tersebut dari sejak dulu,” ungkap Mantan Petinggi DEN kepada Yusri.

Oleh karena itu, lanjutnya, dulu perusahaan minyak dunia (IOC) banyak yang mencari minyak di luar negaranya sampai ke middle east hingga ke Indonesia, meskipun mereka punya banyak cadangan migas dan batubara seperti Amerika Serikat.

“Bahkan, Australia juga banyak gasnya. Padahal penduduknya hanya 27 juta. Kita Indonesia? Penduduknya hampir 300 juta, berapa minyaknya dan berapa gasnya?,” ungkapnya.

Lebih lanjut Yusri mengutarakan, Mantan Petinggi DEN itu mengurai sejumlah Permasalahan Gas Indonesia. Di antaranya masalah pasokan domestik defisit (Gas Gap). Kebutuhan gas terutama untuk industri dan PLN melebihi pasokan domestik di beberapa wilayah seperti Jawa, Bali dan Sumatera.

Kemudian, masalah harga gas domestik terlalu rendah. Harga gas industri (USD 6/MMBtu) membuat investor enggan mengembangkan lapangan gas baru karena keekonomian tidak masuk.

Selain itu, juga ada masalah sebagian besar cadangan baru berada di laut dalam (deepwater) atau wilayah remote, yang memerlukan investasi besar dan teknologi tinggi.

Infrastruktur yang belum merata juga menjadi masalah. Banyak wilayah belum terhubung jaringan pipa gas, infrastruktur LNG dan regasifikasi belum optimal.

Terakhir, ada masalah distribusi yang tidak efisien. Sumber gas di bagian timur Indonesia, sementara konsumsi tinggi di barat. Transportasi gas melalui LNG memerlukan biaya tinggi.

Terhadap masalah-masalah itu, kata Yusri, Mantan Petinggi DEN memberikan beberapa solusi, di antaranya optimalisasi Infrastruktur LNG dan FSRU. Percepat bangun FSRU dan terminal regasifikasi untuk distribusi lintas pulau.

“Jangka pendek, impor LNG dari spot market atau kontrak fleksibel, dapat menutup kekurangan pasokan sambil menunggu proyek gas domestik rampung,” ungkapnya kepada Yusri.

Selain itu, penyesuaian harga gas industri secara bertahap agar tetap kompetitif tapi masih menarik bagi investor hulu bisa menjadi solusi.

“Kemudian dorong percepatan Proyek IDD dan blok Masela (meski tertunda), dan proyek lainnya melalui insentif fiskal dan kepastian hukum dan bisnis,” ungkapnya kepada Yusri.

Terakhir dan tak kalah penting, solusi masalah-masalah tersebut juga bisa dengan membangun sistem pengelolaan gas nasional berbasis demand-supply forecast real-time dan peta digital Jaringan gas nasional.

Sebelumnya, Dadan di hadapan awak media telah menyatakan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengupayakan penggunaan gas alam cair atau Liquefied Natural Gas (LNG) dalam negeri. Untuk itu, belum ada rencana untuk impor LNG dari Amerika Serikat (AS).

Dadan Kusdiana mengatakan pihaknya ingin meningkatkan kemandirian dalam negeri. Dia menilai akan sangat bagus apabila konsumsi dalam negeri dari produksi LNG sendiri.

“Jadi akan kan sangat bagus kalau kita produksi sendiri, kita manfaatkan sendiri,” kata Dadan di kantor BPH Migas, Jakarta Selatan, Jumat (11/4/2025).(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.