Ketum PP Muhammadiyah Harus Waspada Dengan ‘Samurai Gula’

oleh

JAKARTA – Menyikapi keterlibatan Pengurus Pusat Muhammadiyah di dalam bisnis pabrik gula di Rembang bersama pengusaha gula Lie Kamajaya, Sekretaris Eksekutif CERI, Hengki Seprihadi, Selasa (12/8/2024) mengungkapkan, jika melihat rekam jejak masa lampau, maka sepak terjang Lie yang dijuluki ‘samurai gula’ itu harus diwaspadai oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah agar tidak terulang lagi kasus lama.

“Sehingga timbul pertanyaan kritis apakah PT Wadah Karya Rembang akhirnya akan bernasib sama dengan PT Gendhis Multi Manis? Sebab, jangan sampai seperti pabrik gula Cepiring Kendal, yang dikelola PT Industri Gula Nusantara (IGN) dan pabrik gula di Blora, Jawa Tengah yang dikelola PT Gendhis Multi Manis (GMM),” ungkap Hengki.

Kamadjaya mengakui kedua pabrik gula itu sudah tidak di tangannya. “Pabrik di Rembang ini yang ketiga, akan saya pertahankan dengan kemampuan saya, supaya nggak lepas lagi,” ujar Kamadjaya.

Diketahui, Pabrik Gula PT GMM sendiri sudah diakuisisi oleh Bulog pada 2016 lalu. Proses ini sempat bermasalah. Karena Bulog harus merogoh kocek Rp 77 miliar untuk mengambil alih PT GMM yang doyan impor dan tidak sehat.

Menurut harga pasaran, valuasi PT GMM tak lebih dari Rp 56 miliar. Itu pun jika diambil 100 persen saham. Sementara Bulog hanya mengakuisisi 70% saham.

Sebenarnya, sebelum dilempar ke Bulog, Menteri BUMN Rini Soemarno saat itu menawarkannya kepada PTPN III dan Rajawali Nusantara Indonesia (RNI). Keduanya tegas menolak barang bermasalah tersebut.

Ketika itu, Bahana Securities, perusahaan yang melakukan kajian tentang valuasi PT GMM, menilai bahwa PT GMM memiliki beban utang yang besar, agunan tanah yang belum bersertifikat, hingga tidak ada prospek bisnis.

Penilaian Bahana ini diperparah dengan kewajiban pabrik beroperasi harus melakukan impor gula rafinasi. Karena bermasalah dalam bisnis, PT GMM juga sempat tutup tahun 2015.

Baca Juga :   CERI Minta APH, BPK dan BPKP Usut Dugaan Permainan Insentif dan Jasa Medis RSUD Aceh Tamiang Periode 2020-2023 

Saat ini, Lie Kamajaya kembali menjalankan pabrik gula PT Wadah Karya Rembang, di provinsi yang sama, Jawa Tengah.

Sebagaimana dikutip dari Indonesiawatch.id, Lie Kamajaya, seorang pengusaha pengolahan gula, kembali membangun pabrik gula di Jawa Tengah. Pabrik tersebut siap beroperasi dalam waktu dekat. Posisi pabrik berada di pinggir jalan Rembang – Blora, Desa Kemadu, Kecamatan Sulang, Kabupaten Rembang.

Dalam sosialisasi ke masyarakat sekitar, Lie sampai harus memboyong Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir dan rombongan ke Desa Kemadu. Lie juga melibatkan salah satu organisasi masyarakat keagamaan terbesar di Indonesia itu dalam penelitian dan kemitraan bisnis gula tersebut.

Pabrik gula di Rembang tersebut dikelola PT Wadah Karya Rembang (WKR). Lie Kamajaya menjabat sebagai Direktur Utama.

Di hadapan rombongan Pengurus Pusat Muhammadiyah dan unsur Pemda itu, Lie mengatakan bahwa pengelolaan pabrik gula di Rembang akan ramah lingkungan. Selain itu, ia juga mengatakan akan membuka peluang bagi petani untuk memiliki saham di pabrik gula tersebut.

Adapun kapasitas pabrik yang dikelola PT WKR, diklaim sebesar 3.000 ton per hari. Nilai investasi pabriknya disebut mencapai Rp 1,7 triliun. Lie yang juga dijuluki ‘samurai gula’ itu mengatakan, bahwa pabrik gula di Rembang adalah pabriknya yang ketiga.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.