Kesalahan Penulisan Sejarah pada Buku Sosialisasi Empat Pilar MPR RI

oleh

SUDAH saatnya kita berani menuding diri sendiri, sebagai pihak yang bertanggung jawab atas kesalahan penulisan sejarah bangsa, agar muncul sikap kritis untuk meluruskan penulisan sejarah Indonesia. Sejarah bukan sekedar masa lalu, tapi sesungguhnya sejarah adalah potret kita hari ini. Bagaimana generasi penerus bangsa ini, dapat mengenali diri sendiri, ketika mereka tidak memahami sejarahnya. Maka tidak heran jika generasi muda bangsa ini, kerap bangga menjadi orang lain.

Persoalan penulisan sejarah yang salah, menjadi problem bangsa ini, karena sejarah yang disajikan saat ini adalah hasil fabrikasi penjajah yaitu Belanda. Contoh yang paling memprihatinkan, menurut Batara Hutagalung pakar rekonstruksi penulisan historiografi sejarah Indonesia yang juga Ketua Forum Komunikasi Masyarakat Peduli Sejarah, adalah ditemukannya penulisan sejarah yang salah, pada buku sosialisasi empat pilar MPR RI.

Selama bertahun-tahun dengan biaya yang tidak kecil, MPR melakukan sosialisasi tentang sejarah Indonesia yang salah kepada masyarakat Indonesia. Inilah sebuah ironi sebagai bangsa besar, tapi tidak memahami jati dirinya sebagai bangsa.

Salah satu contoh kesalahan mendasar dalam buku sosialisasi empat pilar MPR-RI sebagai berikut;

1. Kesalahan penulisan tentang asal-usul nama Indonesia.

Kesalahan:

Pada tahun 1850, George Windsor Earl seorang Inggris etnolog mengusulkan istilah Indunesians dan preperensi Malayunesians untuk penduduk kepulauan Hindia atau Malayan Archipelago. Kemudian seorang mahasiswa bernama Earl James Richardison Logan menggunakan Indonesia sebagai sinonim untuk Kepulauan Hindia.

Koreksi:

“Pencipta” kata Indunesia adalah George Samuel Windsor Earl,

seorang ilmuwan asal Inggris. Sedangkan James Richardson Logan, bukan mahasiswa, melainkan seorang pengacara asal Skotlandia dan pendiri Journal yang terbit di Singapura.

 

2. Kesalahan penulisan periode masa penjajahan.

Kesalahan:

Sejak berakhirnya masa kerajaan di Indonesia, masuklah bangsa Barat seperti Portugis dan Spanyol yang disusul oleh Bangsa Belanda pada abad XVI tepatnya 1596.

 

Koreksi:

Ini kalimat yang salah total. Pertama, sebelum tanggal 17 Agustus 1945, tidak ada negara atau bangsa yang bernama Indonesia. Kedua, masa kerajaan di Nusantara tidak berakhir ketika bangsa-bangsa barat datang. Sampai awal abad 20, mesih ada beberapa kerajaan dan kesultanan yang tidak berhasil ditaklukkan Belanda.

 

3. Kesalahan fatal dalam penulisan cikal bakal PKI.

Kesalahan:

Kemudian pada 1920 Indische Social Demokratische Partij atau ISDP dan bagian dari Serikat Islam berubah menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI).

 

Koreksi:

Cikal-bakal Partai Komunis Indonesia, yaitu Indische Sociaal Democratische Vereeniging – ISDV (Perhimpunan Sosial Demokrat India) yang didirikan oleh 85 orang Belanda totok di bawah pimpinan Hendrikus Sneevliet pada 20 Mei 1914 bukan Partij/Partai Politik, melainkan suatu perhimpunan (Vereeniging).

Beberapa tahun kemudian, tiga orang remaja pribumi, yaitu Darsono, Alimin dan Semaun yang adalah anggota Sarikat Islam, menjadi anggota ISDV. Jadi bukan “bagian” dari Sarikat Islam. Mei 1920 nama ISDV diganti menjadi Perserikatan Komunis Hindia (PKH). Tahun 1921 anggota-anggota Sarikat Islam (SI) yang juga menjadi anggota

PKH dipecat dari SI. Tahun 1924 nama PKH diganti menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI).

 

4. Kesalahan penulisan sejarah tentang hasil KMB.

 

Kesalahan:

Dan puncaknya pada 27 Desember 1949, akhirnya Belanda mengakui kedaulatan Republik Indonesia dengan syarat harus berbentuk Negara Serikat.

 

Koreksi:

Pada 27 Desember 1949, Belanda bukan mengakui kedaulatan Republik Indonesia. Yang terjadi pada 27 Agustus 1949 adalah PEMINDAHAN KEDAULATAN (transfer of sovereignty) dari pemerintah Nederlands Indie kepada pemerintah Republik Indonesia Serikat (RIS), bukan kepada Republik Indonesia. Bentuk negara Serikat adalah hasil perundingan dari mulai Linggajati, bukan syarat dari Belanda dalam KMB. Sampai detik ini, Mei 2025, pemerintah Belanda tetap tidak mau mengakui de jure kemerdekaan Republik indonesia adalah 17 Agustus 1945.

 

Batara Hutagalung dalam keterangannya, masih banyak kesalahan penulisan yang fatal dalam buku sosialisasi empat pilar MPR-RI yang harus direvisi, sehingga bangsa ini memperoleh pemahaman sejarah yang benar.

Sangat memprihatinkan, besarnya anggaran sosialisasi empat pilar MPR-RI yang mencapai Rp 1,7 triliun untuk tahun 2025, hanya untuk memberikan informasi tentang sejarah Indonesia yang salah, hasil fabrikasi Belanda sebagai penjajah.

Upaya rekonstruksi penulisan historiografi sejarah Indonesia, sejalan dengan pokok-pokok pikiran presiden Prabowo yang peduli sejarah. Jangan sekali-kali melupakan sejarah Indonesia, jika tidak ingin melihat Indonesia tinggal sejarah.***

Sri Radjasa MBA

Pemerhati Intelijen

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.