KULTUR politik Indonesia yang masih kuat dipengaruhi oleh politik pengerahan massa, ketimbang politik adu program, oleh karenanya hadirnya tokoh-tokoh politik pemilik massa besar, adalah realita potret politik di Indonesia. Periode orde lama yang masih lekat dengan perjuangan kemerdekaan Indonesia, mungkin untuk generasi tahun 60 an, ingat dengan nama Imam Syafii atau akrab dengan panggilan Bang Pi’I, sosok jagoan yang menguasai pasar senen Jakarta, juga terlibat dalam perjuangan melawan belanda. Bang Pi’I ternyata piawai memimpin organisasi seperti OPI (Oesaha Pemoeda Indonesia), kemudian menjadi perkumpulan dengan nama Cobra yang menguasai keamanan pasar senen dan sejumlah kawasan di Jakarta. Keberanian Bang Pi’I tidak terbantahkan, ketika dimasa revolusi, Bang Pi’i bergabung dengan pasukan siliwangi, berhasil mematahkan pemberontakan PKI madiun tahun 1948. Karena kesetiaan dan dedikasi yang tinggi terhadap negara serta kemampuan mengorganisir massa, Bang Pi’I akhirnya ditunjuk oleh Bung Karno sebagai menteri keamanan rakyat.
Sosok Bang Pi’i nampaknya melekat pada diri Rosario de Marshall, lebih dikenal dengan sapaan Hercules. Semua orang mengenalnya sebagai jagoan atau gangster penguasa tanah abang Jakarta di era tahun 90 an. Konflik Timor-timur amat mempengaruhi perjalanan hidupnya, karena membuat Hercules bersama TNI terlibat dalam berbagai pertempuran, menghadapi kelompok pro kemerdekaan falintil. Bahkan Hercules harus kehilangan beberapa anggota tubuhnya, ketika helicopter yang ditumpangi jatuh dalam pertempuran. Nama Hercules awalnya adalah code panggilan yang diberikan oleh tim komunikasi radio Kopassus, kepada Rosario de Marshall.
Seiring berjalannya waktu, tahun 80an Hercules bersama beberapa pemuda Tim-Tim menetap di Jakarta. Jatuh bangun Hercules membangun kerajaan gangsternya, membuktikan sosok Hercules yang ulet, pemberani dan kemampuan kepemimpinan yang tidak diragukan.
Penulis sempat bertemu dengan hercules di awal keberadaannya di Jakarta. Saat itu penulis didampingi oleh seorang polwan asal Tim-Tim bernama Isabella, mendapat tugas untuk mempertemukan Jenderal purn Color de Mello (sosok jenderal portugas yang pro Indonesia) dengan hercules di sebuah hotel bintang 5 di Jakarta.
Pada pertemuan pertama tersebut, telah memberi kesan sosok Hercules adalah pribadi yang setia, loyal dan komit terhadap apa yang diperjuangkan. Saat ini Hercules telah mencoba mengubur dalam-dalam masa lalu yang berdarah-darah. Fokusnya pada kegiatan social dan keagamaan, tercermin dari keterlibatannya dalam organisasi keagamaan dan social. Sementara Hercules juga aktif dalam ormas GRIB Jaya sebagai ketua umum. Inilah ormas yang dibentuk Hercules, nantinya menjadi basis kekuatan massa presiden Prabowo.
Sifat karismatik, loyalitas, dedikasi Hercules dan kepiawaiannya dalam memimpin serta memiliki basis massa yang kuat, termasuk di lingkungan ormas Islam, nampaknya tidak menutup kemungkinan, menjadi bahan pertimbangan presiden Prabowo, untuk menggandeng Hercules masuk ke dalam kebinet merah putih yang saat ini mengalami krisis loyalitas dan dedikasi. Jejak Bang Pi’I nampaknya akan diikuti oleh Hercules, sejalan dengan kultur politik di negeri ini, masih kuat mengedepankan politik pengerahan massa.***
Sri Radjasa MBA
Pemerhati Intelijen