SEBAGAIMANA diskusi yang diadakan Webinar Masyumi semalam, Ahad 21 November 2021, dengan narasumber DR Rizal Ramli dan penanggap Prof Didik J Rachbini, Prof Mudrajad Kuncoro serta Prof Munawar, bahwa hutang PLN adalah Rp 649 triliun.
Sehingga banyak yang bertanya, mengapa PLN monopoli kok masih rugi dan besar lagi?
PLN monopoli?
Mulai 2020 monopoli PLN khususnya Jawa Bali sudah diambil alih oleh sebuah kartel besar gabungan antara perusahaan-perusahaan pembangkit seperti Shenhua, Huadian, Chengda (China) Jawa Power (Jepang), General Electric (AS) dan lain-lain mayoritas China dan Perusahaan Ritail milik Tommy Winata, James Riady, dan Taipan 9 Naga yang lain dalam bentuk Token dan Whole sale market.
Pembangkit PLN Jawa-Bali hanya beroperasi sekitar 2.000 MW dari total yang dibutuhkan sebesar 25.000 – 30.000 MW perhari! Atau hanya 10% saja. Ini semua akibat instruksi Menteri BUMN agar PLN tidak perlu mengoperasikan pembangkit dan konsentrasi ke transmisi dan distribusi saja (Tempo 14 Desember 2019 dan Jawa Pos 16 Mei 2020).
Perlu diketahui bahwa kelistrikan Indonesia ini mayoritas (85%) ada di Jawa-Bali, sisanya 15% adalah Kelistrikan luar Jawa-Bali. Sehingga performance PLN didominasi permasalahan Jawa-Bali.
Maka jangan heran bila IFIs (WB,ADB,IMF) membuat “grand design” privatisasi PLN pada akhir 1997 yang disasar adalah wilayah Jawa-Bali! Grand design WB, ADB, IMF ini kemudian dijiplak oleh Departemen Pertambangan dan Energi RI dalam judul The White Paper Kebijakan Restrukturisasi Sektor Ketenagalistrikan, yang selanjutnya menjadi Naskah Akademik Program Privatisasi/Penjualan/Swastanisasi PLN sampai era Rezim Jokowi saat ini!
Makanya jangan heran kalau mulai 2020 khususnya Jawa-Bali, swasta maunya area ini, monopoli PLN sudah dijual ke Aseng/Asing dan Taipan 9 Naga diatas!
Pelaksanaan pengalihan monopoli listrik ini didorong oleh “Peng Peng” (Penguasa merangkap Pengusaha) seperti JK, Luhut BP, Dahlan Iskan, dan Erick Tohir, karena mereka ini disamping pejabat juga miliki perusahaan listrik (pembangkit dan ritail).
Perusahaan-perusahaan miliknya itu bikin konsorsium dengan Aseng/Asing dan Taipan 9 Naga itu. Atau para “Peng Peng” itu tanam saham ke Aseng/Asing itu!
Bagaimana Hutang Rp 649 Triliun?
Sedangkan timbulnya hutang Rp 649 triliun ini karena PLN diberi tugas membuat jaringan transmisi maupun distribusi yang akan digunakan pembangkit swasta IPP guna menyalurkan daya ke konsumen (terutama untuk mendukung Proyek Pembangkit 35.000 MW ). Di samping itu ditengarai karena ada sisa-sisa hutang Fast Track Program Pembangkit yang diprakarsai oleh JK saat menjadi Wapres SBY (2006-2009).
Kesimpulannya, adanya pertanyaan-pertanyaan dari masyarakat terkait hutang, dikiranya PLN masih monopoli dan sebagainya, memperlihatkan jurus pencitraan seolah-olah PLN masih eksis dan masih monopoli !
Perlu diketahui untuk Jawa-Bali PLN hanya sbg penjaga tower Transmisi dan Distribusi saja. Dan sebagai Perusahaan tempat Pemerintah menyalurkan subsidi listrik ke Kartel Listrik Swasta itu.
Semua ini karena terjadinya Oligarkhi listrik dengan inti para “Peng Peng” diatas.
Sandiwara ini akan terbongkar kelak ketika Pemerintah tidak mampu memberi subsidi lagi. Atau saat terjadinya perubahan rezim karena perpindahan Kiblat dari China ke AS (misalnya). Dimana nanti tarip listrik akan melonjak antara 5 – 7 kali lipat (semua ini sdh di diskusikan oleh para Ahli dari UI,ITB, ITS bsm Ahli Luar Negeri saat sidang MK ).
Magelang, 22 November 2021
Ahmad Daryoko
Koordinator INVEST