Pertahankan Hendi Prio Santoso, Kegagalan Erik Thohir Pimpin BUMN

oleh

JAKARTA – Sederet penghargaan Hendi Prio Santoso, di antaranya meraih gelar The Best CEO BUMN 2020 di ajang Bisnis Indonesia TOP BUMN Award 2020 atas kepemimpinannyadi PT Semen Indonesia, telah menuai berbagai kritik yang mempertanyakan gelar Best CEO BUMN kepada Hendi Prio Santoso, sementara kepemimpinannya di PT Semen Indonesia, telah gagal membangun pabrik semen di Aceh yang menjadi harapan rakyat Aceh untuk memperbaiki taraf hidupnya.

Demikian diungkapkan Pemerhati Korupsi Sri Radjasa MBA, Kamis (25/7/2024) malam.

“Pabrik semen di Aceh dikelola oleh PT Semen Indonesia Aceh kerjasama dengan PT Semen Indonesia, secara sepihak oleh PT Semen Indonesia dihentikan pembangunannya yang telah menelan biaya sekitar Rp 680 Miliar. Disinyalir penghentian pembangunan tersebut, karena PT Semen Indonesia mengalihkan anggaran untuk mengakuisisi PT Holcim,” ungkap Sri Radjasa.

Dapat diduga, lanjut Sri Radjasa, pembelian saham PT Holcim lebih menggiurkan bagi pemburu rente para petinggi PT Semen Indonesia. Terlebih lagi Hendi Prio Santoso, sebelumnya pernah menjabat Dirut PT Perusahaan Gas Negara, diduga terlibat kasus korupsi yang kemudian perkaranya lenyap di gedung bundar.

“Sepak terjang Hendi Prio Santoso yang patut diberi nilai merah sebagai CEO BUMN, di antaranya penunjukan dirinya sendiri sebagai Wakil Presiden Komisaris Vale Indonesia yang kemudian secara aklamasi ditolak Dewan Komisaris, tapi kemudian terjadi campur tangan Menteri BUMN yang mengokohkan posisi Hendi Prio Santoso,” beber Sri Radjasa.

Pada kasus BLBI, kata Sri Radjasa, Satuan Tugas Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (Satgas BLBI) memanggil Hendi Prio Santoso terkait hak tagih negara dana BLBI sebesar Rp 10,93 miliar. Nominal ini belum termasuk biaya administrasi untuk pengurusan piutang negara.

“Selanjutnya Hendi Prio Santoso juga sangat tidak patuh kepada negara meski dirinya menjabat posisi strategis di BUMN. Pasalnya, ia sama sekali tidak pernah melapor kekayaan sejak terakhir kali menyerahkan LHKPN pada tahun 2019,” ungkap Sri Radjasa.
 
Menurut Sri Radjasa, terlepas dari prestasi CEO BUMN di bidang managerial dan meningkatkan laba perusahaan, ada hal terpenting yang wajib dimiliki seorang CEO BUMN, yakni aspek integritas mental dan moral yang menjunjung tinggi kesetiaan kepada negara serta komitmen yang tinggi terhadap kesejahteraan rakyat.

“Harus disadari oleh CEO BUMN, tanggung jawab yang diemban bukan warisan nenek moyangnya, tapi milik rakyat Indonesia. Oleh karenanya tuntutan mundur dari elemen masyarakat kepada Hendi Prio Santoso, adalah kehendak owner yang patut dicermati dan ditindaklanjuti secara bijak oleh Menteri BUMN,” pungkas Sri Radjasa. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.