JAKARTA – Prosesi 40 hari peringatan meninggalnya H Bambang Sukmono Wibowo atau yang lebih dikenal dengan sebutan Mas Bowo, Selasa (18/6/2024) dihadiri hampir 600 orang tamu undangan.
Dilaksanakan acaranya setelah Magrib dengan tausiah oleh Prof Dr M Quraish Shihab agar keluarga almarhum dan para undangan mendapat pencerahan artinya takdir dari Allah SWT, bahwa kita semuanya tinggal menunggu giliran sesuai yang sudah ditakdirkan.

Direktur Eksekutif CERI Yusri Usman yang hadir di prosesi tersebut menuturkan sekelumit lika-liku kisah hidup Mas Bowo yang sedikit dia ketahui.

“Dia menurut saya adalah sosok yang fenomenal, karena sejak muda dikenal tempramental yang setiap hari di badannya memegang senjata dan suka buang tembakan. Sekitar tahun 1968 dikenal dengan nama Bambang Berland, karena dia saat itu tinggal di komplek militer Berland, karena orang tuanya saat itu berdinas di TNI AD,” kata Yusri.
Di kalangan anak muda Jakarta saat itu lebih dikenal nama gang Berland dan gang Siliwangi 234 SC dan gangs lainnya.
Namun, lanjut Yusri, mulai tahun 2007 Mas Bowo rajin beribadah, termasuk membangun beberapa masjid yang cukup mewah di Jabotabek, termasuk membangun pesantren di Pondok Petir Bogor.
“Menurut pengamatan saya, tak kurang hampir 20 masjid yang telah dibangun dan cukup mewah, bukan sekedar membangun ala kadarnya, tetapi cukup mewah,” kata Yusri.
Menurut Yusri, Pesantren Jonggol mulai dibangun Mas Bowo sekitar tahun 2010, awalnya di lahan yang sekitar 5 hektare diawali dengan membangun masjid, dilanjuti kemudian membangun asrama putra dan putri serta ruang pendidikan dan sarana olah raga, termasuk area pemakaman keluarga dan rumah singgah untuk keluarga dan teman-temannya.
“Dia rajin mengunjungi pesantren ini, setiap seminggu sekali dan saya selalu menemaninya. Terakhir kali saya bersama dia di pesantren Jonggol pada akhir bulan puasa lalu. Dia ingin membangun klinik untuk bisa digunakan warga pesantren dan penduduk sekitarnya jika menderita sakit, termasuk dia ingin membuat dana abadi sebesar Rp 100 miliar yang bisa menghidupi anak yatim piatu di pensantren Jonggol dan Pondok Petir,” kenang Yusri.
Untuk keinginan yang belum terpenuhi oleh almarhum tersebut, saya punya keyakinan dengan Ridho Allah maka keluarganya dengan saudara saudaranya serta sahabat sahabatnya punya komitmen untuk merealisasi keinginan yang mulia itu, kata Yusri.
Di mata Yusri, Mas Bowo adalah sosok yang sangat ringan tangan dalam bersedakah untuk anak yatim piatu dan acara keagamaan serta orang susah.
“Hebatnya, dia jarang berbicara soal banyaknya uang dia selalu keluarkan untuk kegiatan ibadahnya itu, termasuk banyak menghajikan dan mengumrohkan orang,” kata Yusri.
Hanya setiap minggu sekali selalu datang kontraktornya H Usman Botak membawa tagihan atas kemajuan kerja pembangunan dan dibayarkan oleh Wawan yang mengurus keuangan almarhum, kata Yusri.
Yusri mengatakan, melihat latar belakang Mas Bowo sewaktu muda dengan perbuatan dia sejak tahun 2007 hingga dia menghembuskan nafasnya terakhir pada 10 Mei 2024, menurut Yusri dia sosok yang mendapat hidayah Allah berkat bimbingan guru spritualnya.
“Dan saya sangat mengindolakannya, dia keras tapi penuh kasih sayang dan tidak sombong dari kekayaan yang dia miliki dan tak pernah membanggakan dirinya telah banyak membangun rumah ibadah dan membantu orang susah, hitungan kasar saya ratusan miliar dia keluarkan untuk kegiatan ibadah ini” ungkap Yusri.
Jadi jika ada temen temennya cerita telah bantu pembangunan mesdjid masih dibawah 10 miliar, dalam hatinya dia bergumam gak ada apa apanya dengan yang dilakukan almarhum, menurut Yusri.
Sehingga, lanjut Yusri, di akhir pemakamannya, Yusri tidak sanggup melihatnya karena mendengar jerit tangis anak-anak yatim dan keluarganya menyertai penutupan kuburannya.
“Jadi selama proses pemakaman berlangsung saya berada di kaki masjid dekat pemakaman keluarga menemani sahabat almarhum dimasa muda dan belum bekeluarga serta menjadi guru spritualnya , kami hanya bisa mendoakan Mas Bowo Husnul Khotimah Amin YA Robbal Allamin, semoga Allah memberikan kami kemudahan dan kekuatan untuk kami bisa seperti dia dalam melakukan perbuatan nyata memelihara dan melindungin anak yatim piatu,” kata Yusri.
Air mata saya selalu menetes dalam menceritakan dalam tulisan ini, sayapun tak tau bisa begitu, tutup Yusri.

Sementara itu, ada pun keluarga yang ditinggalkan Mas Bowo antara lain istrinya Lia Bowo Himawan, anak dan cucunya adalah Adilia Wardhani Himawan, Adhia Wiryandhana, Anindita Putri Amalia, Didie Adita Wibowo, Bevianne Getha Sutama, Yusadha Adimukti.
Selain itu juga ada Azalia Selena, Abila Kalyani Panigoro, Daryelle Elgana Alano Wibowo, Danzell Elery Abrizam Wibowo, Ahza Khalfani Panigoro.(*)